Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

BULSHIT

Bulshit, bulshit, bulshit, aaaaaaaaaaaa, semua bulshit Ah tidak, Kata itu terus terngiang di pikiran ku Sampai saat ini aku juga masih menganggap kata itu adalah dewa atas segalanya Aku tak tahu mengapa saat ini aku masih mengagungkan kata ini, emosi ku langsung terbakar setelah mengucapkan kata ini Bagaimana bisa aku melupakan kata ini, seandainya kalian berada diposis ku dan merasakan apa yang kurasakan, kalian juga tidak akan bisa melenyapkan kata ini begitu saja Kepedihan, keperihan, pengkhianatan, aa tidak, membayangkan semuanya saja membuat aku ingin teriak sekencang-kencangnya Inilah ceritaku yang membuat aku berteman dengan si bulshit         Aku terlahir sebagai anak kelima dari 6 bersaudara sebuah keluarga tentara, suatu keberuntungan bisa lahir dalam keluarga tentara pada masa itu. Bagaimana tidak, semua orang berlomba ingin menjadi tentara, dan saat itu tentara yang memegang peranan paling penting negeri ini. Ayahku kepercayaan atasannya sehingga ayahku men

Aku, Manusia, dan Mimpi

Gambar
          Kecil dan berada di tempat gelap dari suatu ciptaan yang hidup dan berakal, mungkin itulah yang menggambarkan aku saat ini. Aku adalah perasaan/hati. Ciptaan yang hidup dan berakal itu adalah tuanku, dia adalah manusia. Aku tinggal bersama dengan anggota tubuh lainnya beserta gambaran yang menghiasi tidur pemilikku. Gambaran itu adalah mimpi. Setiap hari kami selalu bersama karena kami adalah satu kesatuan. Suatu hari, terjadilah perdebatan begitu keras, setelah aku cari sumber suara ternyata pemilikku sedang berdebat dengan salah satu kembarannya, ya sesama manusia maksudku, mungkin dia sahabat pemilikku.  "Kalau aku tahu, aku pasti tidak akan terikut ke masalah itu", ujar pemilikku. "Tapi kau punya hati kecil, setidaknya kau akan gelisah sebelum masuk ke masalah itu", ujar lawan bicaranya. "Hati kecil, hati kecil, selalu itu kau bilang, aku udah bilang hatiku gak punya firasat buruk, udah aku mau pulang", geram pemilikku sambil pergi

Petualang Mimpi

        Terlahir sebagai anak satu-satunya dari keluarga terpandang membuat ku merasakan kebahagiaan yang luar biasa, segala sesuatu ada tanpa harus diminta, bukan hanya dalam bentuk benda tapi juga kasih sayang, punya banyak teman dan disegani semua orang, hingga akhirnya semua nya berubah dalam 180 derajat saat aku memasuki masa pencapaian umur seperempat abad. Harta setinggi gunung, teman yang begitu banyak semua nya hilang, seperti kerumunan semut yang pergi saat aroma makanan hilang bahkan parahnya kenapa kehilangan itu juga membuat aku kehilangan keluargaku. Sedih ? Sudah pasti, rasanya seperti luka yang ditetesi dengan asam, perih            Suatu hari kebahagiaan muncul kembali saat aku mengenal nama Rio, dialah pria yang menganggap dirinya biasa tapi menurut ku dia begitu luar biasa dan sempurna, bahkan sampai saat ini aku masih merasa diriku tak pantas untuknya.                  "Cukup, jangan buat dirimu selalu berpikir engkau tak layak untuknya, berpikirlah positi