Air Mata Valentineku
“Pelangi di langit masih ada tapi Pelangi hidupku telah
hilang bersama timbunan tanah untuk selama-lamanya”.
Bryan, begitulah panggilanku,
seorang laki-laki lemah dan kurang beruntung yang selalu membenci valentine dalam
hidupku dan Pelangi, itulah nama wanita yang telah berhasil mencuri hatiku,
wanita yang sangat aku cintai dalam hidupku. Valentine yang seharusnya jadi hari sempurna
dalam hidupku dan menjadi saksi kekuatan cinta aku dan Pelangi harus menjadi
duri yang menggores luka di dalam hati, menjadi asam yang membuat perih luka
bila terkena karena tepat hari Valentine, maut telah merebut pujaan hatiku dari
hidupku.
Aku betul-betul tak pernah
menyangka itu semua terjadi padaku. Tepat sebelum acara resepsi dimulai, sebuah
kecelakaan merenggut nyawa kekasihku tepat di depan mataku. Pelangi menjadi
korban karena menyelamatkanku. Tubuhnya tercampak di jalan dan tangannya pun
terlindas truk yang ingin menabrakku. Perih dan hatiku hancur melihatnya.
Ternyata aku di kelilingi
serigala yang berbulu domba, mereka baik di depanku tapi diam-diam merencanakan
kematian bagiku tepat di hari bahagia. Sungguh manusia yang tak punya hati,
tega merusak kebahagiaanku hanya karena dendam yang menutupi akal dan
nuraninya. Iri hati telah merasuki hati mereka sehingga tega melakukan ini
semua.
Pelangi mengetahui hal ini tapi
ia tidak memberitahunya padaku. Tepat satu hari sebelum hari bahagia kami tiba,
sebuah surat kaleng ditemukan Pelangi saat ia berkunjung ke rumahku. Didalam surat
itu ditulis bahwa hari bahagiamu akan menjadi air mata yang takkan terlupakan,
puaskanlah hari ini melihat dunia karena esok kau takkan bisa melihat dunia
lagi untuk selamanya.
Hal yang paling kuingat saat ia
hendak pulang dari rumahku, ia merasa berat meninggalkanku, sebelum pulang ia
memelukku sambil berkata, “Bryan, aku mencintaimu sampai akhir hayatku,
sekalipun maut akan memisahkan kita, cintaku padamu takkan pernah padam”. Aku
sangat terkejut mendengarnya, aku pun bertanya padanya, “Ada apa denganmu, sayang
? Kita takkan pernah terpisah. Jangan pikir yang macam-macam sayang,
istirahatlah yang banyak karena besok adalah hari bahagia kita”. Ia mengangguk
sambil memelukku. Hal itu membuat pikiranku terganggu tapi cepat-cepat aku
menghilangkan pikiran itu karena aku tak mau itu mengganggu kesehatanku untuk
hari bahagiaku. Tanpa kusadari, itulah percakapan dan pelukan terakhirku dengan
Pelangi. Bodohnya, aku baru sadar setelah membaca surat permintaan maaf darinya
karena menyembunyikan masalah ini.
Nasi telah menjadi bubur, Pelangi
yang sudah meninggal tidak akan pernah bangkit lagi dari tidur panjangnya. Ia sudah
senang disana menjadi malaikat yang menghuni surga. Sekalipun aku sudah
berhasil mengikhlaskan kepergiannya namun mengingat hari valentine sama aja
membuka luka lama pada peristiwa tragis yang menimpa Pelangi. Inilah surat yang
aku ciptakan untuknya.
“Pelangi, ragamu dan ragaku sudah
terpisah, kau tak lagi menjadi pelangi yang menghiasi hari-hariku. Namun, satu
hal yang perlu kau tahu, cintaku padamu takkan pernah luntur, selamanya
Brangi(Bryan-Pelangi) akan selalu ada, dimana ada Bryan, selalu ada Pelangi
sekalipun hanya dalam hati. Pelangi, perlu kau tahu, air mata valentine ini
akan mengantar kepergianmu dan jika waktu itu tiba, tunggulah aku di kehidupan
abadi kita untuk selamanya. Wo ai ni, Pelangi.”
Komentar
Posting Komentar