S A N G E
Dahulu kala, ada sebuah Kota kecil bernama Kota Flowie, tinggallah seorang pria bernama SANGE. Ada pepatah mengatakan nama bisa jadi doa dan menunjukkan karakter orang tapi hal ini sungguh berbeda dengan pria satu ini. Banyak yang mengira dia pria aneh karna arti kata Sange itu aneh. Sayangnya pria ini berkebalikan dengan namanya, hobinya adalah menggambar, pria ini seorang seniman yang selalu melukis kejadian disekitar Gedung Emerald (gedung yang menjadi pusat kota Flowie).
Setiap hari Sange siap dengan peralatan melukisnya, bersiap melukis kejadian yang ada disekitar Gedung Emerald, kejadian yang bisa menjadi saksi buta dalam sebuah penyelidikan jika dibutuhkan pihak berwenang, maklum zaman dahulu, kota ini belum mempunyai CCTV seperti saat ini yang bisa merekam semua kejadian yang ada. Kejadian yang biasa digambar Sange adalah kasus penculikan, pencurian, dan tindakan kriminal lainnya. Terbungkam ? Semua orang di kota ini memang terbungkam dengan Sange, hobi menggambarnya memang berbeda dari seniman lainnya dan itulah alasan semua orang mengetahui tentang dia. Inilah potret kehidupan Sange.
Begitu terus kegiatan Sange setiap hari, namun sore hari ini, ada hal berbeda dari hari lainnya, saat Sange siap dengan peralatan melukisnya, matanya tertuju pada seorang anak kecil yang tidak asing dari pandangannya. Anak kecil yang selalu berkeliaran di sekitar Gedung Emerald, kembali dilihatnya lukisannya untuk memastikan pandangan matanya. Ternyata benar, ini anak yang selalu berhasil mencuri dari pusat perbelanjaan, gumam Sange. Pandangan matanya masih tertuju pada anak itu, ada hal berbeda dari anak ini yang membuat Sange terus menatapnya. Anak riang yang biasa berkeliaran kesana kemari mengambil barang-barang tapi ini tergeletak lemas tak berdaya, tak seorangpun yang lalu lalang menolehnya.
Tanpa berpikir lama, alat lukis yang daritadi dipegangnya, gambar yang telah hampir selesai dilukis seketika ditinggalnya. Ia segera mendatangi sembari mengecek kondisi si anak. Badannya menggigil, suhu badan panas, dan mata sang anak sayu, Sange pun segera membawanya ke rumah sakit di Gedung Emerald. Sembari menunggu dokter dan perawat mengecek sang anak, Sange berdiri disamping sang anak sambil membayangkan kejamnya kota ini yang mengabaikan anak ini sendirian menahan sakitnya, dimana sisi kemanusiaan itu pikirnya.
Tak beberapa lama, seseorang menepuk pundaknya membuyarkan lamunannya, segera ia menoleh, ternyata itu adalah dokter yang daritadi memeriksa sang anak. "Pak, pemeriksaan sudah selesai. Dia harus dirawat ya," kata sang dokter. "Maaf pak, dia sakit apa ya?" tanya Sange kembali. "Dia terkena tumor otak stadium akhir pak, umurnya tidak lama lagi," sahut sang dokter. Seperti terkena gemuruh di siang hari, Sange sangat terkejut, dia bisa saja membiarkan sang anak sendiri sambil menunggu ajal menjemputnya, tapi hati kecil menolaknya. Ia mendekati sang anak saat dokter dan perawat meninggalkannya, ditatapnya lekat sang anak yang sedang terinfus dan menggunakan bantuan oksigen, sang anak perlahan membuka matanya, mencoba mengenali lingkungannya. Mata sang anak akhirnya berjumpa dengan mata Sange, sambil bertatapan, Sange membuka awal pembicaraan. "Dimana keluargamu, nak?" tanya Sange. Sambil berusaha menjawab, sang anak perlahan membuka tabung oksigennya, "Saya tidak punya keluarga, pak. Saya hidup dengan anak jalanan lainnya di bawah jembatan kota Flowie," balasnya. "Boleh minta tolong panggil mereka kesini pak?" pinta si anak lagi. Sange mengangguk sambil pergi keluar. Ia terus melangkah menjemput teman-teman si anak tak berdaya itu.
Sesampainya disana, teman-teman si anak kebingungan melihat kedatangan Sange. Sange juga bingung, bagaimana caranya memastikan apakah mereka teman si anak yang tak berdaya. "Ikut aku, teman kalian sekarat", begitu kata Sange. Mereka hanya menoleh satu sama lain mendengar perkataan Sange, hingga akhirnya ada satu anak memberanikan diri meyakinkan teman-temannya untuk mengikuti Sange. Dalam perjalanan anak pemberani mencoba memperkenalkan diri ke Sange bahwa namanya Jo dan ia menanyakan mau kemana tujuan mereka. Sange hanya berkata kita mau kerumah sakit, ikuti saja. Akhirnya mereka tiba di kamar sang anak yang tak berdaya tadi.
"Bang Aal," kata Jo dengan muka terkejut melihat Aal terbaring lemah. Para anak-anak itu segera mengerumuni Aal sambil meneteskan air mata. Sange hanya terdiam melihatnya. Aal yang dilihatin seperti itu, hanya bisa ikutan meneteskan air mata. Jo bertanya, "sakit apa Bang ?" Sange membantu Aal menjawab, "abang kalian sakit tumor otak stadium akhir". Ekspresi shock terpancar dari muka anak-anak itu sambil memeluk Aal.
Selang beberapa hari, akhirnya ajal menjemput Aal, isak tangis pun terdengar, Jo selaku yang sudah pernah mengobrol dengan Sange seketika mendatangi Sange dan mengucapkan terima kasih serta bercerita gimana baiknya Aal. Tanpa diketahui Sange ternyata Aal selama ini mencuri hanya untuk teman-temannya, barang yang dicuri memang bukan uang seperti yang diketahui Sange melainkan bahan makanan. Akhirnya rahasia selama ini terungkap, Sange yang sempat kesal melihat tindakan Aal yang mencuri ternyata selama ini dia telah salah menilai. "Hidup memang keras, gumam Sange". Setelah selesai pemakaman, teman-teman Aal dirawat Sange dan mereka melanjutkan kehidupannya. Sementara Sange, akhirnya dapat berbagai ide untuk melukis terutama ide lukisan yang menarik masyarakat untuk lebih peduli kesekitarnya.
Kata maklum gak perlu dipake Dan. Hapus aja. Terus 'gedung emerald (gedung yg mnjdi pusat kota flowie.) Gtu aja..
BalasHapusKeknya kata 'terkuak' lbih bagus dignti jd 'terungkap' atau 'terjawab'. Kayaknya lbh bagus..
Keren cerita nya Kak.. Durasi/ceritanya makin panjang pasti makin keren, ketagihan soalnya di endingnya.. Selain itu, keren..keren Kak👍
BalasHapusTeruskan... masih bisa dikembangkan kedepannya.. buat karakter dan alur yang kompleks dengan mempertimbangkan estetika penulisan dan kata2 yang gampang di cerna
BalasHapusEnak veritanya... Kedepanya boleh diselipkan latar belakang keluarga sange...
BalasHapusSemoga ada lanjutan ceritanya...
Rada deg2an baca judulnya..ternyata beda wkwk.
BalasHapusCerita singkat, padat, jelas. Tp karna terlalu singkat mungkin ada hal2 yg sedikit mengganjal dan bikin bertanya2 ya. Kayak tumor otak ini, bs diobservasi lg apakah mungkin dokter bs mengetahui dan memvonis penyakit itu padahal baru 1 kali kunjungan. Karena kayaknya untuk mengetahui dan memvonis, dokter harus observasi lg dengan berbagai tahapan (mungkin CT Scan, biopsi, uji lab, dsb2). Kecuali disitu dinarasikan dia memang dokter rutin si anak, jd udah tahu riwayatnya hehe. Atau kecuali dr segi fisik jg dinarasikan ada pembengkakan yg ga normal atau apa.
Saran, mungkin bs riset kecil2an dulu atau minimal browsing jadinya harapannya, semoga cerpennya bermakna dan lebih bisa diterima, hehehe. Tapi mantaplah. Tetap semangat menulis . Ditunggu karya barunya👍😁
makna dari tulisannya nyampe, judulnya bisa menarik atensi pembaca, semoga banyak yang tergugah dan menerapkan nilai ini melalui bidangnya masing-masing.
BalasHapus